Ditemukan Bongkahan Emas Berbentuk Manusia

Ditemukan Bongkahan Emas Berbentuk Manusia. Sebuah tv swasta memberitakan seorang petani menemukan bongkahan emas berbentuk tubuh manusia. Berita ini menjadi heboh sepenjuru dunia jutaan orang berbondong-bondong ingin melihat penemuan tersebut yang sudah dipajang pada sebuah mesium ternama di negara itu. Tidak hanya masyarakat biasa, pelajar, dan juga para peneliti penasaran untuk melihat itu. Rasa penasaran tidak hanya pada bentuk bongkahan emas yang berbentuk tubuh manusia, juga karena lokasi penemuan merupakan sebuah daerah yang dikenal tidak memiliki sumberdaya alam emas, tapi kenapa ada penemuan emas disana? kata salah seorang peneliti kepada Tualang.


Penemuan tersebut terjadi pada tahun 4517, seorang petani menemukan bongkahan emas diareal kebunnya. Pada hari itu, saya sedang membuat lobang untuk menanam pisang, cangkul saya terganjal dengan sebuah benda. Awalnya saya pikir batu, namun setelah saya gali lebih dalam ternyata bongkahan emas yang berbentuk tubuh manusia. Karena takut, kemudian penemuan itu saya laporkan kepada kepala desa, dan secara berantai sampailah informasi itu kepada lembaga pengelola harta karun, dan terjadilah kehebohan sebagaimana terjadi pada hari ini, tutur Pak Tani kepada Tualang.

Tidak sedikit orang yang menganggap penemuan itu bagian dari harta karun peninggalan manusia pada tahun dua ribuan dulu. Sebuah masa yang dikenal dengan kekayaan alam cukup melimpah, termasuk emas, batu bara, dan semua jenis pertambangan lainnya. Kemudian sebuah universitas ternama mendesain sebuah proyek penelitian untuk mengungkapkan rahasia dibalik bongkahan emas berbentuk manusia tersebut. Proyek ini dipimpin oleh seorang profesor Rucgliq dan dibantu oleh sepuluh peneliti handal lainnya.

Kelompok peneliti ini kemudian bermukim di desa dimana bongkahan emas itu ditemukan, tepatnya base camp mereka dirikan dilahan perkebunan milik Pak Tani, dan Pak Tani juga dilibatkan sebagai anggota tim dalam penelitian tersebut. Ya, saya menjadi anggota tim dalam proyek penelitian ini, dan saya satu-satu manusia yang tidak memiliki gelar akademik dalam proyek ini, tutur Pak Tani kepada Tualang.

Proyek ini ditargetkan selama satu tahun, sehingga base camp dan fasilitas lainnya didesain bisa bertahan salam selama satu tahun, pengakuan Prof Rucgliq kepada Tualang dilokasi kegiatan proyek. Pekerjaan awal dari proyek ini adalah menggali seisian lahan perkebunan kebun Pak Tani. Hasil penggalian tim tidak menemukan benda yang serupa (emas) sebagaimana sebelumnya ditemukan oleh Pak Tani. Tim hanya menemukan kertas-kertas yang sudah lupuh dan tersobek, botol-botol, dan karatan besi.

Atas penemuan itu, kemudian tim dibagi dalam beberapa kelompok, tim pertama membuat penelitian terhadap kertas-kertas yang sudah lupuh dan tersobek, tim kedua meneliti terkait temuan botol-botol, dan tim ketiga meneliti terkait temuan karatan besi. Ketiga tim ini dipimpin oleh Prof. Rucgliq, sedangkan Pak Tani berada pada tim ketiga yang meneliti karatan besi.

Dari rencana satu tahun pelaksaaan proyek ini, ternyata tim peneliti mampu menyelesaikannya selama lima bulan. Dalam laporan resmi universitas yang mendanai proyek ini disampaikan bahwa penemuan bongkahan emas berbentuk tubuh manusia bukanlah fenomena alam, melainkan urat sejarah sebuah peradaban dimana sebenarnya Negara kita pernah kaya dengan sumberdaya alam termasuk emas. 

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti menyebutkan bahwa lokasi penemuan bongkahan emas di areal perkebunan Pak Tani dua ribu tahun sebelumnya merupakan kawasan pertambangan emas illegal. Ekploitasi emas dilakukan secara illegal tanpa memiliki izin, dengan memperkerjakan sebanyak lima ribu lebih penambang. Penambang illegal ini dikelola oleh seseorang yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar di daerah tersebut. Dari kertas-kertas yang ditemukan yang merupakan sejumlah kliping koran pada masa itu, terbaca kondisi pengelolaan sumber daya alam pada abad tersebut cukup buruk. Aparat penegak hukum dan pemerintah tidak mampu menindak penambang illegal itu.

Dari peninggalan surat kabar pernah diberitakan protes sejumlah aktivis lingkungan hidup, namun protes itu tidak mendapatkan respon dari pemerintah, bahkan sejumlah aktivis lingkungan mendapatkan kecaman dan ancaman dari pihak penambang illegal. Dari sejumlah keratan besi yang ditemukan, dapat dipastikan pada abad tersebut menggunakan bahan penambangan secara tradisional dan juga ada ditemukan sebuah balok besi yang dapat dipastikan bagian dari alat berat yang juga ditemukan dilokasi itu. Sedangkan sejumlah botol yang ditemukan menandakan pekerja tambang kala itu mengkonsumsi minuman mineral. Manusia pada zaman tersebut berlaku sombong, uang tidak bernilai bagi mereka, mereka siap membayar dengan emas untuk mengancam dan bahkan membunuh orang-orang yang menentang pertambangan illegal. Kekuasaan pemerintah ada pada tangan mereka, pelaku penambang emas cukup disegani dan ditakuti pada abad tersebut.

Kenapa bongkahan emas itu berbentuk tubuh manusia? tanya Tualang dalam acara konferensi pers. Peneliti menjawab dari bukti yang ditemukan berat dugaan dalam praktik tambang illegal tersebut juga melakukan eksploitasi pekerja, dimana ada pekerja yang tertimbun tidak diangkat kembali dan dijadikan sebagai ketumbal, yang dipercayakan akan mendapatkan emas yang lebih banyak.

Kemudian Prof Rucgliq selaku pemimpin proyek penelitian menyebutkan, ada sebuah kutukan di masa itu. Karena akibat dari penambangan illegal telah terjadi sejumlah bencana, banjir, longsor, dan penyebaran wabah penyakit dari pemakaian zat dalam pemurnian emas. Dan kutukan itu sepertinya berlaku pada zaman kita hari ini, kita tidak lagi diberkahi kekayaan alam termasuk emas. Dan ini merupakan sebuah pelajar penting bagi kita semua, dimana kita harus berbaikan dengan alam, sehingga tidak terjadi sebagaimana kejadian pada manusia terdahulu.[]

Artikel lain:

Biadab Lelaki Perkosa Alam

Harimau Terkam Pelaku Illegal Logging di Aceh

Sebuah Kutukan Untuk Perusak Hutan Aceh

Mimbar Hijau

Banjir Vs Sawit

Air "Nafas" Manusia

Pelaku Usaha Perkebunan Dilarang Alih Fungsi Kawasan

Penyebab Bencana Longsor

Penyebab Banjir

Merawat Air